24 September 2010

Ahli Taurat Salibkan Yesus


Pdt. Bigman Sirait
Reformata.com - DI kayu salib, ucapan  pertama Yesus adalah: “Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23: 34). Siapa yang menyalibkan Yesus sehingga Dia harus meminta pengampunan untuk mereka? Pertama, para ahli Taurat.  Sebenarnya pengampunan itu tidak memenuhi syarat, karena para ahli Taurat yang menyalibkan Dia itu adalah orang dewasa, bukan di bawah umur. Mereka pasti sudah memperhitungkan tindakan mereka, bertanggung jawab untuk keputusan mereka. Mereka orang waras, dan pintar, agamawan, ahli kitab, dan sudah seharusnya mengenal Mesias.
Yang kedua, orang banyak (Israel), yang disebut umat Tuhan. Hampir semua mereka pernah melihat apa yang Yesus kerjakan, dan mengagumi-Nya. Di antara mereka paling tidak ada yang pernah memakan 5 roti dan 2 ikan; pasti ada yang pernah menyaksikan Yesus menyem-buhkan orang sakit; menyaksikan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian. Tapi mereka tidak mengerti mengapa mereka menyalibkan Dia. Tiga setengah tahun lebih Yesus melayani dan bercerita tentang siapa diri-Nya. Maka sebenarnya tidak ada alasan mereka untuk tidak tahu siapa Dia. Jadi, mereka bersalah.
Yang ketiga adalah militer, yaitu tentara Roma yang menjalankan eksekusi untuk menyalibkan Yesus. Apakah mereka mengerti hukum? Jelas, karena Pontius Pilatus  membuat sebuah keputusan hukum. Pilatus tidak menemukan kesalahan Yesus, tetapi dia dipaksa untuk membuat suatu keputusan, maka dihukumlah Yesus.  Ada istilah hukum: “Lebih baik membebaskan seribu orang bersalah daripada menghukum satu orang benar”. Tetapi yang terjadi di sini justru terbalik, karena mereka lebih memilih melepaskan Barabas, orang bersalah, lalu menghukum Yesus yang benar. Di sini terjadi penjungkirbalikan hukum yang sangat menakutkan. Tidak ada yang membela Yesus. Tidak ada orang berdemo menyatakan kebenaran Yesus. Dia sendirian.      Ketika Yesus berkata, “Ampuni mereka…”, orang-orang di dekat salib malah berteriak, “Cepat bunuh Dia!”. Ini ironi. Ada juga ironi lain, yakni kerja sama antara orang Israel dengan tentara Roma.  Israel benci kepada Roma yang mereka anggap sebagai bangsa kafir. Tapi untuk menyalibkan Yesus mereka malah bekerja sama dengan erat. Kenapa bisa? Sebab dosa akan bersatu untuk menghajar kebenaran. Sementara orang benar susah bersatu untuk menghancurkan dosa. Ahli Taurat menyalibkan Yesus, padahal tiap hari mereka belajar Taurat dan menggumulinya, karena mereka memiliki pengetahuan, tetapi tidak memiliki hati. Sehingga mereka mencintai Tuhan bukan dengan segenap hati atau segenap jiwa, tetapi dengan segenap akal.
Kenapa Yesus minta mereka diampuni, padahal mereka sudah tidak layak untuk diampuni? Jawaban yang pertama: mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Di sinilah kita melihat betapa dosa  itu gila luar biasa, najis, mengerikan sampai ahli Taurat tak tahu apa yang mereka lakukan tentang Taurat. Ahli hukum tidak tahu apa yang dia lakukan tentang hukum. Siapa yang menjadi terdakwa? Ahli hukum. Siapa yang menjadi pengacau agama? Ahli agama. Mereka hanya orang-orang bodoh yang sudah dibutakan oleh ilah jaman ini. Dan ucapan Yesus itu menampar mereka.

Budak dosa
Mengapa Kristus meminta mereka diampuni? Karena Tuhan tahu mereka cuma jadi budak dosa. Tetapi mereka sendiri bangga dan merasa hebat. Mereka berpikir mereka yang mengatur dosa, padahal mereka yang diatur dosa. Yesus kasihan melihat mereka.
Mengapa Tuhan minta mereka diampuni? Karena kasih. Karena kesadaran, karena kedalaman tanggung jawab sebagai imam yang besar, yang agung. Maka Yesus minta mereka diampuni. Selanjutnya, mengapa Dia minta supaya manusia diampuni? Karena Kristus membuka kesempatan pengampunan. Namun pengampunan itu bukan murahan, karena manusia tidak mampu membayarnya. Karena itulah Yesus mau menjadi korban.

Manusia diampuni, Kristus menjadi terhukum. Substitusi. Kalau ada artis mendadak sakit tidak bisa main lalu kita disuruh menggantikan, banyak orang mau. Tetapi kalau ada orang terhukum lalu kita disuruh menggantikannya, nanti dulu, apalagi kalau itu hukuman mati. Mungkin ada orang tua yang mau mati untuk anaknya, tetapi siapa yang mau mati buat orang yang membencinya? Hanya Yesus yang mau mati untuk orang yang membenci diri-Nya, yang mengkhianati diri-Nya. Yesus mencintai orang yang membenci-Nya.
Maka konsekuensi permintaan Kristus adalah pengambilalihan kesalahan sehingga seperti domba disembelih karena dosa manusia, begitulah Kristus disembelih. Kenapa dikatakan disembelih? Karena darah yang tertumpah. Metode saja beda, tidak dipotong tapi disalibkan, tetapi darah tertumpah. Simboliknya sama. Jadi, konsekuensi pengampunan yang dikerjakan Tuhan sangat berat. Konsekuensi pengampunan yang dikerjakan-Nya adalah konsekuensi berdarah. Konsekuensi berdarah  ini sangat menakutkan. Tapi itulah yang terjadi.  Jadi kita mesti pikirkan baik-baik, bagaimana kita seharusnya di dalam pertarungan kehidupan supaya kita selalu hidup dan memuliakan Dia.   
Kita harus menyadari bahwa hidup yang kita miliki ada karena pengampunan dari Kristus. Karena itu kita punya pengalaman diampuni. Itu sebab kita bisa mengampuni. Tetapi kalau kita tidak punya pengalaman diampuni, kita tidak akan bisa mengampuni. Pengampunan bukan diskusi, bukan pengetahuan. Pengampunan adalah pengalaman yang dipahami. Mengampuni adalah sifat kristiani. Jika orang Kristen tidak bisa mengampuni, itu  aneh. Mulutnya mengaku orang Kristen, tapi perbuatannya membantah pengakuan itu. Hamba Tuhan yang tidak bisa mengampuni, perbuatannya itu memperlihatkan apakah dia hamba Tuhan atau bukan. v
(Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)

1 komentar:

  1. dari yang aku baca gga ada yang menyimpag dari ajaran kristen khususnya katolik
    Dan sadar sebagai orang kristen/katolik aku sangat berdosa

    BalasHapus

Terimakasih untuk kunjunganya. Silahkan jika ada komentar, teguran, sapaan dst dst. Kalau bisa saya tanggapi, pasti langsung saya tanggapi. God bless